Pernah dengar kota bernama Rengat ? Kalau nama penyair Chairil Anwar pasti semuanya tahu ya? Terus apa hubungannya Rengat dengan seorang Chairil Anwar? Siapkan sampan dan dayung, karena saya akan membawa Anda menyusuri sebuah kota yang terletak di tepi Sungai Indragiri, Provinsi Riau.
Peta Rengat dan Kab Inhu
Rengat, kota berpenduduk sekitar 300.000 ribu jiwa ini berkembang
sekitar abad ke-18 hingga abad ke-19. Berdasarkan sejarah, Rengat
didirikan oleh Sultan Indragiri ke-18, yang bernama Sultan Ibrahim.
Sayangnya, silsilah mengenai kerajaan Indragiri sekarang sudah tidak
jelas lagi. Kalau dari riwayat para tetua, pendiri kerajaan Indragiri
berasal dari daerah Malaka (sekarang masuk wilayah Malaysia). Masuk akal
juga, karena sungai Indragiri memang bermuara di Selat Malaka.Satu-satunya penanda silsilah kerajaan adalah nama depan dari warga Rengat. Bagi yang memiliki nama depan Raja, berarti dia keturunan raja Indragiri. Baik pria atau wanita, bisa memiliki nama depan Raja dari garis keturunan ayah (patriarki). Jika wanita bergelar Raja menikah dengan lelaki biasa, otomatis gelar putus dan tidak berlanjut pada keturunannya.
Nah, kenapa kota ini dinamakan Rengat? Riwayat turun temurun mengatakan kalau Rengat berasal dari kata Rengit yang artinya nyamuk kecil (lema Rengit terdapat di dalam KBBI). Entah bagaimana pelafalannya berubah menjadi Rengat¸saya pun tak tahu kenapa. Satu hal yang pasti, 15 tahun hidup di Rengat, kota ini memang selalu dipenuhi oleh nyamuk. Tak peduli pagi, siang, malam, nyamuk selalu berdenging di mana-mana. Jadi tidak heran kalau nyaris di tiap rumah warga, kamar mereka dihiasi dengan kelambu untuk mengurangi serbuan nyamuk.
Soal kenapa banyak nyamuk, bukan berarti warga Rengat malas bersih-bersih lingkungan ya. Karekteristik geografis Rengat memang potensial untuk kembang biak nyamuk. Rengat berada di dataran rendah dengan kelembaban yang cukup tinggi. Kebanyakan lahannya berupa tanah gambut dan rawa-rawa. Apalagi dulu (dekade 1990-an), Rengat sering mengalami banjir. Jadilah nyamuk berkembang cepat dari jentik hingga menjadi penghisap darah yang menyebalkan.
Rengat Kota Majemuk
Secara administratif, Rengat adalah ibukota Kabupaten Indragiri Hulu. Tetapi saat ini pusat pemerintahan sudah bergeser ke Pematang Reba, kota pengembangan dari Rengat.
Tapi, jangan bayangkan jarak antara dua kota ini teramat jauh. Rengat dan Pematang Reba hanya berjarak 15 kilometer! Bagi Anda yang terbiasa hidup di kota besar (khususnya di Jawa), jarak sepanjang itu tidak berarti apa-apa. Tapi bagi warga di kota kecil seperti Rengat (dan kota kecil lainnya di Sumatera), jarak itu dirasa cukup jauh. Kenapa bisa demikian? Sebenarnya ini hanya masalah persepsi. Kalau di kota besar, jarak puluhan kilometer tidak terasa jauh karena sepanjang perjalanan selalu berjumpa dengan keramaian. Nah kalau di Rengat, jarak antar kota yang hanya 10 kilometer bisa terasa panjang karena sepi sekali.
Terakhir saya mudik ke Rengat seminggu yang lalu, sama sekali tidak ada keramaian (apalagi pertokoan) di antara Rengat dan Pematang Reba. Sepanjang jalan hanya ada lahan gambut, lahan perkebunan kelapa sawit, dan tanah-tanah kosong. Dulu, sekitar tahun 1990-an, babi hutan atau tupai menyeberang di jalan itu adalah hal biasa.
Wihara Paramita
Danau Raja
Kuliner Kota Rengat
Tahu buah kedondong? Ya, Rengat dijuluki kota kedondong dengan dodol kedondong sebagai oleh-oleh utamanya. Saking khasnya, di pusat kota rengat ada tugu berhiaskan kedondong. Sayangnya, sekarang produksi kedondong dan dodolnya tidak seperti dulu. Selain dodol, ada juga oleh-oleh keripik pisang.
dodol kedondong khas Rengat
Untuk penganannya, ada bolu berendam. Bolu ini memang persis seperti namanya. Jadi, bolu yang sudah jadi direndam dalam air gula. Menurut saya, rasanya terlalu manis. Kalau tidak terbiasa, akan terasa aneh di lidah. Bolu berendam ini merupakan penganan wajib di acara-acara resmi kebudayaan Melayu Rengat.
Bolu Berendam (sumber gambar: riaudailyphoto.com)
Keunikan Kota Rengat
Di Rengat, angkot disebut dengan oplet, sama dengan sebutan angkot di sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Uniknya, posisi duduk penumpang dalam oplet Rengat ini bukanlah berhadap-hadapan seperti angkot pada umumnya. Posisi duduk penumpang ber-shaf, seperti posisi duduk pada mobil pribadi. Jadi kalau kita naik ketika oplet masih kosong, sebaiknya pilihlah tempat duduk di sebelah sopir atau di bangku paling belakang. Kalau kita duduk di bangku tengah, dijamin perjalanan kita tak nyaman karena terganggu dengan penumpang yang naik dan turun. Kendaraan yang biasanya dijadikan oplet adalah Mitsubishi Colt tipe L300. Satu lagi, sebutan untuk kenek atau kernet oplet di Rengat adalah stokar. Saya tak tahu dari mana asal kata stokar ini.
Selain oplet, angkutan umum yang lazim di Rengat adalah becak sepeda. Kontur wilayah Rengat datar dan tidak berbukit, jadi cocok untuk kendaraan becak sepeda. Uniknya, posisi abang becaknya bukan di belakang penumpang, seperti posisi pengayuh becak pada umumnya. Posisi pengayuh becak di Rengat persis di sebelah kanan penumpang. Jadi kalau mau ngobrol dengan abang becak, bisa dilakukan dengan nyaman (hehe). Oplet dan becak adalah transportasi umum yang sering saya gunakan di masa SMP.
Becak di Rengat (sumber gambar: raketua.wordpress.com)
Nah, Anda pasti setuju bahwa kelas hotel yang tertinggi itu adalah
hotel bintang lima. Tapi, Rengat ternyata memiliki sebuah hotel
berbintang tujuh! Sayangnya, bukan kelas hotelnya yang berbintang tujuh,
tapi hanya namanya saja. Jadi, di kota Rengat memang ada sebuah hotel
bernama Hotel Bintang Tujuh. Menurut saya sebenarnya tempat itu
lebih cocok dinamakan penginapan atau losmen dibandingkan hotel, hehe.
Tapi biarlah, supaya setiap orang yang datang ke Rengat bisa menyaksikan
keunikannya.
Danau Raja dan teratainya
Rengat barangkali tak masuk dalam tujuan utama wisata di Provinsi Riau. Di Rengat tak ada wisata belanja, apalagi wisata alam yang memanjakan mata. Sesekali waktu, jika Anda berkunjung ke Pekanbaru dan masih punya banyak waktu, berkunjunglah ke Rengat. Jarak tempuh perjalanan Pekanbaru-Rengat sekitar 4 jam. Di Rengat. Pemadaman bergilir adalah makanan sehari-hari di sana. Justru aneh rasanya ketika satu hari saja listrik tidak padam.
Ya, itulah keragaman Indonesia. Justru kalau semua daerah jadi maju, keragamannya malah hilang ya. Hehe.
Salam dari Rengat
Dikutip Dari : http://sigum.co/rengat-kota-bersejarah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar